BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum kita membaca hasil makalah dari kelompok kami
yang telah kami selesaikan dengan susah payah karena jujur tugas ini sangat
mendadak, tapi dengan kerja keras kami akhirnya bisa menyelesaikanya, apakah
kalian tahu tentang Tujuan Lingkungan Hidup?
Tujuan lingkungan hidup yang utama adalah
mengembangkan nilai-nilai dan sikap manusia terhadap lingkungan hidup yang
memungkinkannya bertindak arif dan bijaksana dalam memanfaatkan dan mengelola
lingkungan hidup.Tujuan yang demikian ini menuntut suatu pendekatan dalam
pembelajarannya yang melibatkan bukan hanya kemampuan intelektualnya tetapi
juga kemampuan afektif dan psikomotorik.Jadi,strategi pembelajaran bukan yang
mendikte orang apa yang baik dan yang buruk melainkan mengajak orang
mempertimbangkan untuk dirinya sendiri dan masyarakat apa yang baik dan apa
yang buruk.Dengan kata lain partisipasi aktif yang belajar perlu
diusahakan.Banyak metode mengajar yang telah dikembangkan,namun tepat tidaknya
suatu metode ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Strategi Pembelajaran Plh
Kecenderungan terakhir dalam pendidikan adalah
pemusatan pada kemampuan belajar anak.Kemampuan belajar ini ditentukan oleh
struktur dan perkembangan kognitif anak,kemampuannya belajar dalam lingkungan sosialnya
serta pola persepsi individualnya.Kecenderungan ini telah mendorong kembali
perhatian pendidikan terhadap metode mengajar karena kualitas pendidikan formal
sebagian ditentukan oleh kualitas pengajaran.
Penelitian mengenai perkembangan kognitif mengungkapkan
bahwa partisipasi murid merupakan kunci keberhasilan
belajar,Bloom(1971)mengemukakan bahwa besarnya partisipasi aktif iswa dalam
belajar merupakan petunjuk(indeks) yang baik tentang kualitas mengajar.Metode
mengajar apakah yang dapat menghasilkan partisipasi siswa secara
maksimal?Partisipasi maksimal mungkin bila isi dan penyajian materi menarik dan
berarti bagi siswa dan juga bila siswa cukup termotivasi.Dengan demikian proses
belajar dapat belangsung.
Menurut Treffinger proses belajar adalah proses
menjadi peka terhadap atau sadar akan masalah,akan adanya kekurangan atau
kesenjamgan dalam pengetahuan,adanya unsure-unsur yang kurang,adanya
disharmini,dan sebagainya,untuk kemudian diusahakan pemecahannya melalui
pengumpulan informasi yang ada,mendefinisikan kesukaran atau mengidentifikasi
unsure yang kurang,mencari jawaban,membuat hipotesis dan
mengujinya,menyempurnakannya dan akhirnya mengomunikasikan hasil-hasilnya.PLH
dapat mencapai sasarannya melalui mengajar harus ditentukan secara cermat sehingga
memungkinkan terjadinya partisipasi siswa secara maksimal.Beraneka metode dalam
mengajar PLH sama saja dengan yang digunakan untuk mata pelajaran
lain.Namun,ada cara-cara tertentu,terutama yang dapat mengembangkan ketrampilan
siswa untuk memecahkan masalah serta melakukan proses pengambilan keputusan
yang sangat cocok dalam mempelajari lingkungan hidup yang terus-menerus
berubah. Ketrampilan ini sangat penting,artinya apabila kita menghendaki
individu yang kita didik itu menjadi makin merasa bertanggung jawab terhadap
keputusan-keputusan serta kegiatan-kegiatan nya terhadap lingkungan hidup.Tidak
dapat disngkal bahwa kegiatan-kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan
hidup yang didasarkan pada persepsi dan sikap serta keputusan-keputusan yang diambil
sering mengakibatkan keadaan yang tak dapat dipulihkan kembali.
Tujuan-tujuan yang hendak dicapai PLH menuntut
system pengajaran yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.Siswa memerlukan
beraneka pengalaman yang tepat untuk mengembangkan kesadaran dan pengertian
mengenai rumitnya lingkungan hidupnya,dan dengan kesadaran pengertian ini
diharapkan dapat berkembang sikap dan rasa tangggung jawab untuk melakukan
sesuatu.
Para pendidik mempunyai pandangan yang berbeda-beda
tentang metode mengajar yang baik.Namun,ada juga yang mengemukakan bahwa tidak
ada yang dapat dikatakan sebagai yang terbaik karena setiap strategi mengajar
yang digunakan secara efektif dan efisien adalah metode yang berhasil.
Arti metode disini ialah prosedur atau kegiatan
instruksional guru secara terencana untuk mengajar suatu bahan pelajaran.Jadi
metode mengajar berarti pengorganisasian materi pelajaran dan pengaturan
lingkungan belajar yang memungkinkan pembimbingan siswa ke arah yang
ditentukan,serta member pengarahan yang benar pada siswa pada waktu yang tepat
dan dalam kadar yang tepat dan mengusahakan kesempatan untuk pelaksanaan umpan
balik dan perbaikan.
Setiap siswa membutuhkan cara mengajar yang sesuai
baginya yang dapat membantu dan menigkatkan kemampuan belajarnya.Oleh karena
itu,berbagai metode mengajar dibutuhkan untuk memelihara perhatian siswa serta
membangkitkan minatnya untuk belajar lebih lanjut.Efektivitas suatu metode
mengajar dipengaruhi oleh beberapa variable seperti bakat dan
kecerdasan(aptitude)siswa,materi pelajaran,serta system pengajaran pelajaran
itu.Pengertian bakat dan kecerdasan ialah kecenderungan siswa menyenangi suatu
mata pelajaran serta kemampuan belajarnya.Dalam bakat dan kecerdasan
ini,termasuk ketrampilan,pengalaman,dan sifat-sifat siswa yang menentukan
keberhasilannya dalam suatu keadaan interaksional tertentu.Ini akan nyata bila
siswa ditugaskan menyelesaikan sesuatu kegiatan dalam kelas.Hasil setiap siswa
akan berbeda.Ada yang belajar cepat dengan membuat sedikit kesalahan,ada yang
cepat melupakan apa yang diajarkan,ada yang lebih lama dapat mengingat fakta
atau prosedur.Ini semua mungkin disebabkaan oleh bakat dan kecerdasan yang
berbeda,ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya serta pengalaman yang
berbeda.
Apabila ada kesenjanga antara ketrampilan siswa
serta kemampuan belajarnya dengan kemampuan yang diharapkan untuk penyelesaian
suatu tugas baru dengan baik maka sissswa akan gagal mencapai tujuan yang
dikehendakinya itu.Oleh karena itu,dalam memilih metode mengajar harus
diperhitungkan bakat dan kecerdasan siswa karena ini menentukan sebagaian
keberhasilan atau ketidakberhasilan belajar siswa it.Sangat disayangkan bahwa
banyak guru tidk memperdulikan ini dan menganggap bahwa semua siswa mempunyai
bakat dan kecerdasan yang sama.Ini merupakan penjelasan mengapa cara mengajar
tertentu sangat membosankan bagi anak-anak berbakat,tetapi mungkin juga dapat
mengakibatkan siswa lain menjadi frustasi.Kegiatan belajar akan tidak
menyenangkan bila siswa ditempatkan dalam keadaan dimana tuntutannya sangat
sukar atau tidak dapat dicapai mereka.Misalnya,siswa diharapakan menyelesaikan
suatu tugas sedang ketrampilan dasar untuk melakukan tugas ini tidak
dimilikinya,atau bila tugas itu sangat menjemukan.
Teori belajar David Ausubel(Unesco 1977)mengemukakan
bahwa proses kognitif adalah bagaiman kita mendapatkan pengetahuan serta
menggunakannya.Belajar kognitif menghasilkan suatu penyimpanan informasi yang
beraturan dalam otak anusia dan susunan yang tertaur ini dikenal sebagai struktur
kognitif.Belajar yang berarti(meaningful learning)terjadi bila informasi baru
dapat dikaitkan pada konsep ynag relevan dalam struktur kognitif
siswa.Misalnya,seorang siswa memperhatkan dan mempelajari komponen-komponen
suatu lingkungan yang baru baginya dan pengamatan-pengamatan nya ditemukannya
kaitan antar komponen-komponen itu.Dari pengalaman belajar sebelumnya ini ia
tahu adanya saling ketergantungan anatar komponen-komponen di tempat-tempat
yang lain.Dengan demikian ia dapat menghubungkan pengalamannya yang baru itu
kesatuan pengalaman belajar yang berebeda maka dapat terjadi bahwa seorang anak yang kesenangannya ialah
berada di alam terbuka dan mempelajarinya akan berbeda”belajar dan berarti”ini
dibandingkan dengan anak yang belum pernah mempelajari alam lingkungannya.
Namun diketahui juga bahwa belajar tanpa ada
hubungan dengan elemen dalam struktur kognitif dapat juga berlaku,yaitu belajar
dengan cara menghafal.
Dalam proses belajar yang berarti,factor-faktor baru
dapat dikaitkan dengan konsep-konsep dalam struktur kognitif sehingga
memperkuat atau memperluas konsep ini.Mungkin juga terjadi proses belajar bila
beberapa konsep tergabung membentuk pengertian baru yang lebih luas atau lebih
mendalam.
Jadi,efektivitas suatu strategi mengajarkan nyata
pada kemampuan siswa untuk menintegrasssikan konsep-konsep baru ke dalam
struktur kognitif mereka.Tetapi mungkin juga tergantung pada kemampuan mereka
meliahat keterkaitan anatar dua atau
lebih konsep.Menurut Jerome Bruner(Unesco)dalam pembentukan koonsep siswa
mengikuti tiga tahap:
1. tahap
enactive,yaitu tahap dimana siswa
dapat menyebut atau menunjuk objek symbol atau peristiwa yang dimaksud
2. tahap iconic,apabila
siswa dapat membayangkan pemerian verbal mengenai sesuatu atau mengenai apa
yang dimaksud dari contoh gambar,model,keterangan verbal,atau diagram
3. tahap
simbolik,apabila siswa dapat
menggunakan kata-kata atau sibol-simbol lain untuk menggambarkan suatu objek
atau buah pikiran tertentu.
Sifat
bahan materi pelajaran selain harus memperhitungkan tingkat kematanga
siswa,khusus untuk PLH,perlu juga diperhatikan strategi pengembangan
bahannya.Kegiatan PLH pada tingkat pendidikan pendidikan seperti telah terfokus
pada matra afektif(menyangkut perasaan),kognitif dan ketrampilan perilaku.Pada
usia muda sebaiknya tekanan lebih banyak diberiakan pada pengembangan matra
afektif dan pada usia tua tekanan lebih besar pada matra kognitif dan
ketrampilan perilaku.
Guru
juga merupakan komponen yang esensial dalam proses pembelajaran ini.Guru adalah
komponen utama bahkan dapat dikatakan komponen kunci dalam berlangsungnya
proses pembelajaran ini.Metode yang dipilih guru tergantung pada ujuan
pendidikan yang dihayatinya,minatnya serta latar belakang pendidikannya.
Untuk
PLH metodelogi yang berorientasi pada pemecahan maslah serta penanggulangan
secara aktif masalah-masalah dan yang menuntut keterlibatan siswa
langsung,merupakan prioritas dalam pencapaian tujuan PLH.Tekanan harus
diberikan pada kegiatan siswa meneliti keadaan dan peristiwa di lingkungan sekitarnya
sera merencanakan pemecahan masalahyang ditemukannya.Guru-guru harus mempunyai
kemampuan untuk memilih dari sekian banyak metode mengajar yang diketahui mana
yag paling sesuai digunakan untuk sitauatsi tertentu.
2.1.1
TEKNIK MENGAJAR DALAM
KELAS
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang
mementingkan keaktifan yang belajar(siswa)maka ada beberapa pendekatan yang
dapat dipertimbangkan,yaitu Pendekatan Ketrampilan Proses,dan Pendekatan
Pemecahan Masalah/inkuiri.
Pendekatan Ketrampilan Proses
a. Dasar
ketrampilan proses
Proses belajar mengajar harus mencerminkan
komunikasi dua arah,tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah
tanpa mengembangkan kemmapuan mental,fisik dan penampilan diri siswa.Proses
belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar untuk mendapatkan
mengelola,menggunakan,dan mengkomunikasikan perolehannya.Penyajian bahan
pelajaran terutama yang berhubungan dengan konsep-konsep esensial harus
mengikutkan siswa secara aktif baik secara perseorangan maupun sebagai
kelompok.
Antara lain siswa diberi kesempatan
untuk:
1. Mempelajari
materi/konsep dengan penuh pemahaman dan keasyikan melalui kegiatan berbuat
2. Mempelajari
dan mengalami serta menemukan sendiri bagaimana mendapatkan suatu pengetahuan
3. Merasakan
sendiri kegunaan,berhati terbuka,mengembangkan rasa ingin
tahu,jujur,tekun,disiplin,rapi,kreatif,dan mempunyai kemampuan berteman dalam
kelompok
4. Belajar
dalam kelompok,menemukan sifta dan kemampuan diri sendiri serta sifat dan
kemampuan teman sekelompok
5. Memikirkan
dan mencobakan sendiri serta mengembangkan konsep dan nilai terpadu
6. Menemukan
dan mempelajari kejadian/fenomena yang dapat membangun gagasan/ide baru
7. Menunjukan
kemampuan mengomunikasikan cara piker,hasil penemuan dan penghayatan
nilai-nilai,baik lisan,tulisan,gambar maupun secara penampilan diri.
b.Langkah-langkah
pelaksanakan ketrampilan proses
1. Pemanasan
Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan pada
pokok permasalahan agar siswa siap,baik secara mental,emosional maupun
fisik.Kegiatan ini,antara lain dapat berupa:
a) Pengulasan
langsung yag pernah dialami siswa ataupun guru
b) Pengulasan
bahan pelajarn yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya
c) Kegiatan-kegiatan
yang menggungah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta
pendapat/saran siswa,menunjukkan gambar,slide,film,atau benda lain.
2.
Proses belajar mengajar
Proses
belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna
mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan
mengamati,menginterorientasikan,meramalkan,mengaplikasikan konsep,merencanakan,dan
melaksanakan penelitian,serta mengomunikasikan hasil penemuannya.
a)
Pengamatan
Tujuan
kegiatan ini untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau
fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan
pokok permasalahan.Yang dimaksud pengamatan disini adalah pengunaan indera
secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang memadai.Untuk itu perlu
ditingkatkan perasaan melalui gambar ataupun bagan dan membatasi peragaan
dengan kata-kata.
b) Interpretasi
Hasil Pengamatan
Tujuan
kegiatan ini untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
berdasarkan pada pola hubungan anatara hasil pengamatan yang satu dengan yang
lainnya.Kesimpulan tersebut merupakan konsep yang perlu dimanfaatkan atau
digunakan.
c) Peramalan
Hasil
interpretasi dari suatu pengamatan kemudian digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan kejadian yang belum diamati atau yang mungkin akan
terjadi.Ramalan didasarkan atas hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah
diketahui,sedangkan terkaan kurang didasarkan pada hasil pengamatan.
d)
Aplikasi konsep
Aplikasi
konsep adalah penggunaan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau
dalam menyelesaikan suatu masalah.
e)
Perencanaan
penelitian
Penelitian
bertitik tolak dari seperangkat pertanyaan antara lain menguji kebenaran
hipotesis hasil pengamatan.Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut perlu
perencanaan penelitian/penelitian lanjutan dalam bentuk percobaan atau bentuk
lain.
f)
Pelaksanaan penelitian
Tujua
dari kegiatan ini adalah agar siswa lebih memahami pengaruh variable yang satu
pada variable yang lain.Cara belajar yang mengasyikkan akan terjadi dan
kreativitas siswa akan terlatihkan.
g)
Komunikasi
Kegiatan
ini bertujuan engomunikasikan proses dan hasil penelitian kepada berbagai pihak
yang berkepentingan,baik dalam bentuk kata-kata,grafik,bagan maupun table
secara lisan atau tertulis.
2.1.2 PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
Suatu
masalah muncul apabila suatu keadaan tidak dapat dijelaskan atau diramalkan
berdasarkan prinsip-prinsip dan teori yang ada,atau bila hasil pengamatan tidak
sesuai dengan yang diharapkan.Kita banyak menghadapi permasalahan lingkungan
yang bersifat fisik,biologis,sosialpolitik yang menuntut
pemecahan.Misalnya,krisis energy,distribusi makanan yang tidak seimbang antara
Negara-negara maju dan Negara-negara sedang berkembang,migrasi dari pedesaan ke
kota,tanah pertanian yang miskin,pencemaran sungai dan danau karena
pendangkalan dan proses kimia,penurunan kualitas perairan pesisir dan masih
banyak lagi.
Masalah-masalah
ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,yaitu masalah divergen dengan
beberapa kemungkinan cara pemecahan dan masalah konvergen dengan hanya satu
cara pemecahan.Pemecahan masalah dalam PLH sering menghadapi masalah-masalah
divergen karena kondisi serta situasi yang berbeda anatar saty dengan
lainnya.Menangani masalah konvergen dalam kelas sering menjadi permainan
tebak-tebakan dimana siswa berusaha menebak jawaban yang menurut mereka
diharapkan gurunys.
Dalam
pemecahan masalah baik metode penemuan maupun metode expository yang
digunakan.Metode expository merupakan metode mengajar dimana guru merumuskan
dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalahyang serupa tapi tidak
sama.Sedangkan strategi penemuan adalah apabila guru hanya membimbing siswa
dalam merumuskan dan memecahkan masalah.Sering dilakukan juga kombinasi dari
keduanya.Pemecahan masalah adalah proses pengenalan adanya rintangan,kesulitan atau ketidakmampuan untuk
bertindak,memikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya dan menguji atau
menilai pemecahannya.Manfaat dari pendekatan ini adalah membuat pengalaman
belajar berarti bagi siswa.
Ketrampialan
pemecahan masalah merupakan ketrampilan dasar yang harus dikembangkan pada
setiap orang.Ketrampilan-ketrampilan ini terutama dikembangkan melalui
latihan-latihan.Siswa yang terlibat dalam pemecahan masalah umumnya belajar
untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab,berkemampuan tinggi,mampu dan
kreatif.Suatu cara untuk mengusahakan siswa belajar adalah dengan upaya mereka
beraksi secara aktif,mengumpulkan data,menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
mengorganisasi informasi-informasi yang diperoleh.
Pemecahan
masalah secara kreatif ini terdiri dari lima tahap,yang didahului oleh suatu
keadaan kacau(mess)sehingga masalahya
samar(fuzy problem).Setiap
tahap,terdiri dari dua fase,yaitu fase pertama ialah fase divergen(dimana
penilaian harus ditunda)diikuti fase kedua ialah fase konfergen.Setelah mess dan fuzy problem(suatu tantangan dan deskripsi singkat dari situasi
tantangan tersebut)dimulaikah tahap pertama.
1.
Tahap Menemukan Fakta(Fact Finding)
Disini
semua informasi dikumpulkan.Ditanyakan semua fakta,tanpa mempersoalkan dulu
apakah perlu fakta tersebut dikumpulkan dan apakah faktanya dapat diperoleh atau
tidak.
Pertanyaan factual menanyakan fakta-fakta yang
berhubunga dengan apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi di masa
lalu.Baru pada masa konvergen,setiap pertanyaan factual
dinilai/diseleksi.Pertanyaan factual yang dianggap penting serta relevan saja
yang kemudian dijawab.Pada tahap fact
finding kita ingin memperoleh gambaran sejelas mungkin dari situasi saat
ini,dimana kita sekarang berada.
2. Tahap Menentuka Masalah(Problem Finding)
Pada
tahap ini disusun sebanyak mungkin pertanyaan kreatif sehubungan dengan masalah
yang dihadapi.Masalah-masalah dirumuskan berdasarkan fakta-fakta yang telah
dikumpulkan.
Pertanyaan
kreatif berorientasi pada masa depan dan memancing alternatif jawaban.Misalnya,pertanyaan dimulai dengan
kata-kata”Dengan cara-cara apa saja saya dapat”.Dalam tahap ini ingin diperoleh
gambaran sejelas mungkin kemana kita pergi.Untuk itu perlu dirumuskan
macam-macam masalah agar dapat melihat masalahnya dengan cara yang
berbeda-beda.
3. Tahap
Menemukan Gagasan(Idea Finding)
Pada
akhir problem finding dipilih satu masalah yang dianggap paling baik untuk
dikerjakan lebih dahulu.
Dalam
tahap idea finding ini dikemukakan sebanyak mungkin ide,sebanyak mungkin
alternative jawaban terhadap masalah tersebut,dengan menggunakan teknik –teknik
yang telah dibahas sebelumnya.Baru setelah terkumpul banyak ide kita mulai
memilih ide-ide,alternative-alternatif mana yang kiranya merupakan alternative
yang baik.Dalam fase konvergen ini,pemilihan masih didasarkan pada suatu
kriteria yang umum.Misalnya,criteria derajat mudahnya ide diimplementasikan.
4. Tahap
Menemukan Jawaban(Solution Finding)
Seperangkat
criteria disusun lebih dahulu untuk dapat menilai alternative-alternatif atau
ide-ide yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.Usahakan mengantisipasi semua
pengaruh dan akibat yang dapat ditimbulkan jika alternative-alternatif jawaban
diimplementasikan,catat semua hal yang dapat dijadikan criteria yang paling
baik.Kriteria yang dipilih harus dapat digunakan untuk menilai setiap
ide/alternative.Disamping itu criteria harus mempunyai daya pembeda yang
baik,mampu membedakan nilai ide yang satu dengan ide yang lain.Hasil pada tahap
ini adalah beberapa gagasan yang akan dilaksanakan.
5. Tahap
Menemukan Penerimaan(Acceptance Finding)
Dalam
tahap ini kita rencanakan secara konkret dan terperinci pelaksanaan gagasan
yang telah kita pilih.Kita catat semua langkah yang kita duga harus kita
lakukan.
Dalam
pendekatan pemecahan masalah dapat diterapkan metode inkuiri,studi
kasus,permainan main peran,penelitian dan diskusi.Metode ini bertolak dari
suatu persoalan.Perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya hanya pada
langkah-langkah yang diambil dalam mengambil dan memecahkan masalah itu.
Suatu
pendekatan lain adalah “force-field approach” (Meyer,1978).Pendekatan ini
menganggap bahwa tiap persoalan mempunyai daya positif atau daya yang mendorong
berlangsungnya perubaha positif,yaitu perbaikan keadaan alam,tetapi ada juga
daya negative atau daya penghambat yang menginginkan perubahan dan hendak
berusaha supya persoalannya tetap bertahan.Oleh karena itu,dalam pemecahan
masalah perlu diadakan identifikasi daya-day pendorong positif yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki..Daya penghambat juga harus
diidentifikasi untuk memperlemah dan apabila mungkin untuk meniadakan
dampaknya.
Dalam
pendekatan pemecahan masalah dikenal berbagai metode mengajar.
2.1.3 INKUIRI (INQUIRY)
1. Penemuan
melalui Penyelidikan(Discovery Through Inquiry)
Proses mulai jika siswa menanyakan sesuatu
sehubungan dengan masalah yang dihadapi.Guru dapat menyusun pegalaman belajar
siswa sedemikian rupa sehingga mereka akan bertanya.Misalnya,dengan
mempertunjukkan film atau”slide”,atau foto-foto dengan menceritakan atau
mendemonstrasikan suatu fenomena yang menggambarkan peristiwa sebab
akibat.Dalam keadaan demikian inkuiri dilaksanakan tanpa murid melaksanakan
ekperimen atau memanipulasi alat.Siswa mulai mengumpulkan data mengenai
masalah/peristiwa itu dengan bertanya.Pengumpulan data melalui bertanya ini
memaksa siswa untuk menguji hipotesisny dengan mengadakan “eksperimen
lisant”.Metode ini bertujuan mengembangkan cara berfikir kritis yang merupakan
salah satu sifat peneliti yang baik.
Mencari jawaba atas suatu persoalan yang
membtuhkan serangkaian kegiatan intelektual siswa untuk memperjelas suatu
pengalaman atau permasalahan merupakan sifat inkuiri.Jadi,inkuiri terutama
menekankan pada inisiatif siswa serta pengalaman belajarnya.Dalam metode
inkuiri biasanya ada pokok bahasan,masalah atau soal yang menarik bagi siswa
atai yang menarik minat mereka untuk dipelajari atau diteliti.Bila ada minat
maka sebaiknya guru memanfaatkan niat itu,tetapi karena umumnya siswa segan
untuk mengemukakan pertanyaan atau pengetahuan mereka maka sering guru
terpancing untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa atau
melakukan demonstrasi/proses,yang mengemukakan peristiwa lain daripada yang
biasanya dialamiya atau diharapkan siswa.
Pokok-pokok bahasan,pertanyaan atau masalah
ini dapat dikerjakan siswa secaa kelompok atau antara guru dengan siswa secara
bersama.Kegiatan yang dilakukan adalah
merencanakan,mendiskusikan,mengipotesiskan,menganalisis,dan menafsir sekelompok
data yang terkumpul dari hasil pengamatan anggota kelompok dalam upaya mereka
mendapatkan konsep umum mengenai pokok bahasan yang dipermasalahkan.Dengan
demikian,disusun teori-teori atau pengertian untuk diuji eksperimen atau
melalui pengumpulan data sebagai hasil observasi.Metode ini bermaksud mengembangkan
sifat ingin tahu dan imajinasi siswa serta kemampuan mereka mengungkapkan
pemikirannya,untuk menyelidiki,dan memahami sendiri.Siswa harus diberi motivasi
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan atau cara-cara baru untuk menghadapi
kerumitan apabila dalam memecahkan permasalahan tidakditemukan apa yang
diharapkan.
Dengan metode konsep-konsep disajikan
melalui beragam cara.Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui
inkuiri.
Pertama,adanya kesadaran bahwa ada
masalah.Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan
merumuskan masalah(tahap kedua).PAda tahap ini masalah dirumuskan dan timbul
gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan.Melalui inkuiri
informasi mengenai masalah disimpan.Tahap berkutnya adalah tahap
mencari(searching).Pada tahap ini pertanyaan dan informasinya dihubungkan
dengan hipotesis.Pendekatan inkuiri ini mendorong berlangsungnya pemikiran
divergen.
2. Mengembangkan
kosep
3. Distribusi
2.1.4 TINDAK LANJUT
Rencanakan study lapangan di sungai ataub perairan
terdekat, yang telah berubah atau kemungkinan besar akan berubah rencanakan
juga kegiatan yang dapat memperbaiki kondisi sungai atau perairan itu.
1. Ajakan
Untuk Penyelidikan (Invitatian inquiry)
Suatu teknik lain dalam pendekatan inquiry adalah
ajakan untuk penyelidikan .teknik ini bermaksud untuk menjadikan siswa penyelidik-penyelidik
yang mahir. Teknik ini menekankan pada bagaimana data di peroleh dan di ubah
menjadi pengetahuan. Dalam hal ini belajar tentang lingkungan hidup bukan hanya
untuk mengetahui dari orang lain pa yang sudah diketahui. Tetapi pengetahuan
lingkungan diperoleh melalui berbagai cara.salah satunya adalah dengan cara
menyajikan suatu masalah dan melakukan eksperimen untuk memecahkannya . data
yang terkumpul dari eksperimen ini diberi penjelasan, dianalisis dan
diinterpretasikan siswa. Cara yang lain ialah memberikan kepada siswa
sekumpulan data lalu menugaskan mereka menginterpretasinya atau mendapat
kesimpulan dari data tersebut.
Pengajaran
menggunakan inquiry juga dapat berlangsung bila dikemukakan suatu situasi
permasalahan dan siswa di ajak untuk mengembangkan hipotesis dari hasil
pengamatan mereka mengenai permmasalahan itu. Hipotesis yang tersusun dapat di
uji melalui kegiatan latihan “ajakan mengadakan inquiry” berikutnya. Contoh
pelajaran yang menggunakan ajakan mengadakan inquiry.
Dalam
contoh ini dikemukakan suatu keadaan siswa diajak mengembangkan hipotesis
memperoleh keterampilan merumuskan hipotesis serta mengontrol variabel-variabel
dalam suatu eksperimen.
2. Kepada
siswa Dikemukakan
a. Hipotesis
Pembahasan
hutan merupakan salah satu penyebab banjir. Bagaimanakah anda dapat mengujinya?
Faktor-faktor apakah yang harus dikumpulkan supaya data yang dikumpulkan sahih
( mungkin siswa akan mengemukakan suatu eksperimen yang menggunakan dua kotak
yang berisi tanah yang permukaan lahannya miring dengan luas yang sama.
Permukaan yang satu menutup tanaman dan yang satu gundul. Air disiramkan pada
kedua permukaan itu untuk suat jangka yang sama. Air yang mengalir ditampung pada
daerah di bawah lereng itu,lalu dibandingkan warna serta jumlah air yang
tertampung itu). Siswa harus dapat menidentifikasi faktor yang harus dikontrol,
kemiringan lahan, banyaknya air yang disiramkan dan mengalir persatuan waktu
tertentu, velositas air, jenis tanah, serta factor yang dimanipulasi , yaitu
keadaan permukaan lahan.
Bagaimanakah
anda dapat menjelaskan keadaan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada
musim panas di daerah itu?(aliran air yang cepat menghambat perembesan air ke
tanah pada waktu musim hujan untuk disimpan sebagai air tanah . sedang air
tanah ini merupakan sumber pada musim panas.
b.
Metode penelitian
Pemecahan
masalah sering merupakan bentuk penelitian. Banyak masalah kependudukan dan
lingkungan hidup dipecahkan melalui penelitian yang berbentuk eksperimen atau
survey. Oleh karena itu, metode ini harus digunakan dalam PLH untuk
mengembnagkan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah.
1) Metode
Eksperimen
Menurut
Webster, eksperimen adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengendalikan
kondisi untuk menemukan pengaruh yang belum diketahui terhadap suatu hokum atau
untuk menguji atau memperkuat hipotesis atau untuk memberikan gambaran suatu
hokum supaya diketahui.
Batasan
ini akan lebih jelas bila dapat dilakukan suatu kegiatan, yaitu eksperimen.
Keadaan terkontrol berarti si penelitimengidentifikasi semua variabel-variabel
yang relevan, mempertahankan variabel-variabel itu pada keadaan tetap seperti
biasa , kecuali satu variabel yang hendak diketahui pengaruhnya itu. Variabel
ini diduga mempengaruhi atau merupakan sebab permasalahan itu. Mengadakan
eksperimen sebenarnya adalah inquiry melalui penelitian dengan menggunakan
objek, peralatan serta bahan dalam keadaan alamiah atau simulasi.
Kebanyakan
eksperimen yang dilakukan disekolah sebenarnya bukan eksperimen karena siswa
hanya melakukan langkah-langkah yang telah ditetapkan untuk akhirnya datang
pada kesimpulan yang diharapkan. Memang jenis eksperimen ini dibutuhkan bagi
siswa yang baru mau mulai menggunakan alat-alat laboratorium. Namun, setelah
mereka terampil maka eksperimen yang tak berstruktur dapat dilakukannya. Siswa
yang berbakat dapat diberikan kesempatan untk memecahkan masalh-masalah sesuai
caranya dan dengan demikian memupuk kepercayaan dirinya serta mendorong
minatnya terhadap penelitian lingkungan. Biarlah siswa mulai belajar dengan
melakukan eksperimen-eksperimen yang mudah yang menarik minat mereka. Banyak
siswa yang akan kehilangan minat untuk melakukan eksperimen bila pengetahuan
yang diperolehnya tidak relevan, atau bila tugas-tugas yang harus
dilaksanaknnya sangat sukar bagi mereka sehingga mereka lupa apa yang harus
mereka pelajari. Meraka hanya akan mengingat kesukaran-kesukaran yang
dialaminya dan hilanglah minatnya untuk bereksperimen . akan tetapi hasil
eksperimen yang menarik dan yang langsung berkaitan denagn masalah yang diamati
oleh siswa akan selalu diingat.
Apabila
siswa melakukan eksperimen , guru harus mengusahakan tercitanya suasana yang
membantu siswa untuk belajar.siswa harus diberi senangat, dukungan dan
bimbingan dalam penelitiannya. Guru harus menerima ide siswa, dan bila perlu
secara halus mengusulkan perbaikan dalam rencana penelitian mereka. Harus
dikembangkan suasana saling percaya antar siswa serta antar siswa denagn guru.
Siswa seharusnya dilatih untuk dapat menulis laporan dengan lengkap mengenai
metode atau prosedur yang digunakan dalam penelitiannya dan
kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari eksperimennya itu.
2)
Penelitian berbentuk
survey
Survai
adalah cara mendapatkan informasi dasar. Penemuan dalam survey dapat digunakan
sebagai dasar atau pemberi arah untuk kegiatan-kegiatan tertentu atau
pelaksanaan atau proyek. Misalnya survey untuk kebutuhan si terdidik atau
masyarakat merupakan salah satu dasar pertimbngan dalam pengembangan kurikulum.
Dalam melakukan suatu survey , instrument yang paling umum digunakan adalah
daftar cek (check list), daftar
pertanyaan, daftar pendapat (opini) dan interviu. Jawaban responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan serta reaks mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam
daftar itu menggambarkan perasaan, sikap, pendapat mereka terhadap apa yang
dipermasalahkan.
Tingkat
kepercayaan (realibilitas) hasil
survey tergantung pada kesungguhan responden menjawab atau mengisi daftar
pertanyaan itu. Kadang kala, mengisi instrument itu tanpa berfikir teentang
pertanyaan-pertanyaan itu. Adakah responden yang membaurkan perasaan aslinya
dengan apa yang dikiranya diharapkan oleh para peneliti dari padanya.
Dalam
survey, informasi yang diberikan responden seyoginya dipandang sebagai suatu
rahasia peneliti harus menghargai hak responden terhadap informasi yang
diberikannya. Sama seperti penelitian pada eksperimen , dalam survey juga
terlibat secara aktif. Melalui aktifitas ini dikembangkan keterampilan mereka
untuk belajar mandiri.
Metode
ini sangat bermanfaat bagi PLH karena dengan survey dapat ditentukan kesadaran,
pengertian , minat atau pendapat masyarakat mengenai suatu keadaan lingkungan
hidup. Beberapa pokok bahasan yang digunakan untuk survey adalah :
1.
Sumber-sunber air dalam
masyarakat
2.
Sikap manusia terhadap
pertumbuhan penduduk didaerah pemukiman tertentu serta sebab-sebab pertubuhan
itu.
3.
Tempat pembuangan
sampah dan menentukan pengaruhnya terhadap masalah pencemaran di lingkungan
itu.
Untuk
survey siswa , batasi jumlah soal yang hendak ditanyakan. Survey yang panjang
dimungkinkan besarakan menemui kesukaran yang dapat mematikan kegairahan siswa.
2.1.5
METODE KASUS
Metode
ini termasuk juga dalam pendekatan pemecahan masalah, dan banyak digunakan
dalam IPS. Kasusnya dapat berupa peristiwa, perilaku manusia, berita surat
kabar, pidato, surat, bahkan juga laporan suatu peristiwa. Dengan memilih kasus
dari lingkungan hidup untuk didiskusikan di dalam kelas maka ada usaha untuk
mengaitkan sekolah dengan kehidupan sekitarnya.
Setelah diidentifikasi suatu kasus,
dilanjutkan dengan diskusi untuk menarik sari dlam permasalan dalamkasus itu. Apabila
ternyata permasalahan ini terlalu kompleks maka masih harus dianalisis dan
membaginya menjadi kasus-kasus sederhana yang benar-benar merupakan dasar
permasalahan.
Kelas
kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan tiap kelompok mendiskusikan
sebab-sebab dari permasalahan itu. Dalam setiap kelompok harus diterangkan
latar belakang kasus itu. Knpenemungkinan perkembangan masalah ini selanjutnya
dan bagaimana pencegahanya dapat didiskusikan.
Pandangan-pandangan,penjelasan-penjelasan dan rekomendasi setiap kelompok
dijelaskan kepada seluruh kelas untuk menentukan mana yang terbaik untuk di
terapkan. Sering terjadi bahwa kelas menetapkan lebih dari satu rekomendasi
untuk bertindak. Analisis melalui diskusi merupakanakan bagian yang penting dalam
metode studi kasus tadi. Peran guru hanya sebagai pembimbing dan pendorong, dan
berusaha menjaga diskusi tetap dalam batas-batas permasalahan, juga membantu
siswa dalam menilai dapat tidaknya diterapkan rekomendasi itu dalam keadaan
yang nyata.
2.1.6
AKTIFITAS SIMULASI
Dalam
simulasi peserta memerankan tokoh-tokoh realistic tetapi dalam situasi hayal,
seperti situasi social,ekonomi, politik atau biologi. Simulasi ini merupakan
reproduksi sederhana , atau model suatu fenomena, proses atau situasi dalam
kehidupan sebenarnya.
Suatu
aktifitas simulasi harus memperhatikan sifat-sifat sebagai berikut:
1.Merupakan
kegiatan informasi dalam kelas. Baik murid maupun guru ikut serta. Mereka
mengambil keputusan atas dasar hasil tinjauan keadaan yang didapatinya. Mereka
mengalami konskuensi dan keputusan yang diambil yaitu dan memikirkan hubungan
antara keputusan yang diambil serta konsekuensi yang timbul.
2.Di
dasarkan pada masalah. Terbuka untuk pendekatan multi disipliner, misalnya
termasuk juga keterampilan social.
3.Sangat
dinamik karena menyangkut keadaan yang berubah sehingga perlu fleksibilitas
dalam berfikir dan member jawaban.
Aktifitas
yang menggunakan model yang dapat dimanipulasi sehingga melalui dan mencoba
membuat kesalahan (trial dan error) siswa dapat mengambil kesimpulan,
keterangan atau pemecahan atas masalah yang dipelajari, ini pun termasuk
simulasi. Misalnya, dalam mempelajari pengaruh kecepatan aliran air terhadap
erosi tanah,aliran air dapat diperagakan didalam kelas dengan menggunakan tabel
aliran air.
Simulasi dalam PLH umumnya menggunakan pokok
bahasan , seperti pelestearian sumber daya, pengelolaan lahan pertumbuhan
penduduk, permasalahan social,,ekonomi dan lain-lain.
Sebagian besar siswa yang pemalu pada mulanya
aktifitas simulasi sukar karena untuk itu dibutuhkan kemampuan bicara dan
bertindak didepan teman-temannya. Perubahan proses belajar mengajar seharusnya
dilakukan secara berangsur-angsur dari belajar guru aktif menjadi belajar siswa
aktif.
a.
Permainan
Aktifitas
simulasi dalam bentuk permainan ini menggunakan materi dan prosedur yang sudah
tertentu. Permainan-permainan ini dinegara-negara maju telah banyak tersedia.
Namun, guru-guru yang kreatif dapat membuat sendiri mengenai permain-permainan
mengenai kependudukan dan lingkungan hidup. Dalam, permainan tujuan yang hendak
di capai terutama ditekankan pada perkembangan proses interaksi.
b.
Bermain peran
Keadaan
sebenarnya dalam hidup dijadikan drama. Peranan mengenai suatu permasalahan
dalam lingkungan dapat diekspresikan dalam anak-anak bermain peran. Dalam
metode ini siswa mendapat peran untuk dimainkan sehingga dengan demikian mereka
benar-benar terlibat dalam permasalahan. Aktifitas ini biasanya didahului oleh
kegiatan memaparkan keadaan yang hendak dimainkan sampai jelas. Umumnya dipilih
situasi yang menimbulkan konflik untuk dimainkan.
c.
Simulasi computer
Dengan
meluasnya penggunaan komputer maka dalam pengajaranpun metode simulasi computer
telah digunakan disekilah-sekolah yang mempunyai computer.
Dalam
semua bentuk aktifitas simulasi adalah sebagai berikut.
a).
para peserta mengambil peran sebagaimana kedudukan sebenarnya tokoh-tokoh itu
dalam masyarakat, dan terlibat dalam diskusi-diskusi sebagai tokoh yang
diperankannya.
b).
para peserta mengalami konsekuensi
daripada perannya serta keputusan yang diambinya.
c).
hasil simulasi didiskusikan kembali, dan
perhatian utama tertuju pada hubungan antara pengambil keputusan, alasan-alasan
serta konsekuensi keputusan itu.
2.1.7
BUZZ GROUP
Merupakan
aktifitas kelompok kecil (2-8 orang). Kelompok ono bermusyawar bersama selama
4-5 menit. Sesudah itu hasil rumbuka ini dikomunikasikan kepada kelompok yang
lebih besar oleh salah seorang anggota kelompok kecil sebagai umpan balik.
Teknik
ini digunakan setelah menerima masukan mengenai suatu materi atau permasalah.
Materi yang diberikan mungkin secara lisan, mungkin melalui pemutaran film ,
atau melalui cara lain. Bahan ini menghendaki siswa member umpan balik.
Keuntungan
teknik ini adalah bahwa lebih banyak siswa terlibat dalam diskusi permasalahan.
Apabila dalam “buzz group” ditetapkan seorang pemimpin diskusi maka
kepemimpinan dan tanggung jawab orang tersebut dididik dalam kegiatan ini .
supaya lebih berhasil maka pada mulanya harus diadakan sesering mungkin
sehingga dia mahir dan tidak banyak waktu terbuang.
1. Diskusi
kelas
Aktifitas ini
melibatkan seluruh kelas. Suetu permasalahan dilemparkan kepada seluruh kelas
dan setiap siswa diharapkan memberikan pandangan secara teratur.
Teknik ini digunakan
dengan maksud untuk berusaha melatih siswa mengeluarkan hasil pemikiran dalam
bentuk kalimat lisan. Ini dapat digunakan guru untuk:
a. Mengetahui
apakah siswa mengerti
b. Mengemukakan
pandangan atau pemikiran tanpa secara formal menulisnya
c. Menanyakan
pendapat orang lain tentang pokok bahasan itu
Diskusi kelas membantu menghilangkan kesalahpahaman
yang sering terjadi pada siswa mengenai konsep-konsep yang sedang dipelajari
tanpa mereka dihaluskan mengakuinya, tetapi hanya dengan mendengarkan pada
waktu mereka mengikuti diskusi itu. Teknik ini meningkatkan kemampuan anak
mengemukakan pendapat , dan keberaniannya didepan umum. Juga keterampilan dalam
mengubah pemikiran menjadi kata-kata serta mempertanyakan asumsi-asumsi yang
dikemukakan.
Kesukarannya adalah
melancarkandiskusi pada mulanya , dan menghentikannya supaya tidak membosankan.
2. Diskusi
Kelompok
a. Dengan
guru
Seluruh
kelas berpartisipasi dengan guru sebagai pemimpin atau pembimbing.
Penggunaannya
tergantung kemampuan guru. Melalui pengarahan yang beraneka, cara ini dapat
digunakan untuk membantu membimbing , dan mengarahkan cara berfikir
siswa,menantang dengan asumsi-asumsi serta mengusahakan pertukaran pikiran.
Penggunaan
pendekatan ini memungkinkan adanya siswa menghindar untuk terlibat dalam
diskusi . Guru harus tetap sadar akan apa yang hendak dicapai. Cara ini dapat
mengakibatkan hubungan yang lebih akrab antara guru dengan murid.
b. Tanpa
Guru
Seluruh
kelas dikelompokkan menjadi dua atau tiga kelompok besar . siswa umumnya
memilih salah seorang temannya sebagai pemimpin kelompok. Metode ini umumnya
digunakan bila dibutuhkan ide atau pemikiran yang murni dari siswa serta
komunikasi bebas antar siswa. Cara ini berguna bila menelitii permasalahan yang
controversial.
Memungkinkan
terjadi komunikasi serta tukar-menukar ide antar siswa, memerlukan penetapan tujuan
yang hendak dicapai serta batas waktu yang akan digunakan karena apabila tidak
maka diskusi menjadi tak berarti.
2.1.8 SUMBANG
SARAN
Teknik
yang efektif untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru ini dilakukan dalam
kelompok 5-10siswa. Setelah masalah diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas,
setiap anggota kelompok diminta untuk menyumbangkan sebanyak mungkin saran yang
didapat merupakan kemungkinan jawaban terhadap masalah tersebut . pemberian
penilaian atau kritik supaya ditangguhkan.
Beberapa
aturan yang harus diikuti:
1. Selama
tahap pemberian gagasan kritik-kritik tidak dibenarkan , untuk tidak menghambat
proses timbulnya ide-ide. Sesudah gagasan diterima dan dicatat baru diikuti
dengan tahap penilaian ide. Penilaian diberikan atas dasar criteria tertentu.
2. Gagasan
yang anehpun diterima. Mungkin saja gagasan ini dapat dilaksanakan jika masalah
ditinjau dari segi lain atau dapat merangsang timbulnya gagasan lain.
3. Kumpulkan
gagasan sebanyak mungkin
4. Peserta
boleh menyumbang gagasan peserta lain atau gagasa-gagasan peserta dapat digabung.
Teknik ini menekankan pada:
1.
Rumusan masalah yang
jelas
2.
Gagasan dapat diberikan
secara bebas
3.
Gagasan sebanyak
mungkin
4.
Penggabungan dapat
pengembangan gagasa.
1.
Bekerja sebagai panitia
Menghendaki
partisipasi aktif kelompok-kelompok ynag terdiri atas 4-8 orang siswa. Setiap
kelompok bertanggung jawab atas suatu masalah. Teknik ini dapat digunakan bila
tugas-tugas yang akan dilaksanakan cukup banyak dan berbeda-beda.
Kelas
dianggap sebagai suatu panitia dengan kelompok-kelompok siswa sebagai anggota
panitia. Jadi, kelas dibagi kedalam seksi-seksi kepanitiaan sesuai tugas yang
hendak dilaksanakan, dan tiap kelompok mengerjakan sesuatu aspek dari masalah
yang sama atau setiap kelompok mengerjakan sesuatu masalah yang saling berbeda.
Teknik
ini bermanfaat dalam mendidik siswa untuk bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung dalam jangka waktu cukup panjang (3-5
minggu), serta dapat 9 mengorganisasikan diri dan memusyawarahkan suatu
pandangan yang berbeda. Kegiatan-kegiatan ini harus dimonitor supaya tidak
macet.
2.
Debat
Untuk
berdebat di butuhkan dua kelompok yang terdiri atas 3-4 anggota. Setiap
kelompok mengemukakan gagasan serta argumen mengenai suatu persoalan yang
controversial. Setiap kelompok di berikan batasan waktu tertentu (3 menit)
untuk mempertahankan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan terjadinya penjajakan
nilai-nilai yang dianut serta tanggung jawab terhadap pilihan pribadi.
Dalam
pendekatan ini, cara menyusun pikiran dengan teratur perlu dilatih sehingga
dimungkinkan di terima orang lain. Namun, cukup banyak waktu di butuhkan untuk
menampung setiap pandangan. Permasalahan yang menjadi pokok bahasan harus
menarik bagi pembicara maupun pendengar (seluruh kelas).
Masih
ada metode-metode lain yang juga dapat di gunakan untuk menggugah keikutsertaan
siswa secara aktif ikut berpikir dan mempelajarinya. Dalam proses
belajar-mengajar, sebaiknya menggunakan bermacam metode mengajar, yang
pemilihanya disesuaikan dengan permasalahan yang hendak di teliti.
2.2
Evaluasi Pendidikan lingkungan Hidup
Setiap kegiatan pendidikan seyogianya diikuti dengan
penelitian terhadap berhasil tidaknya kegiatan pendidikan yang telah
dilaksanakan. Melalui penilaian maka (1) Dapat diperoleh informasi mengenai
input dan output kegiatan; (2) Dapat diketahui bagaimana memperbaiki kegiatan
pendidikan dengan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan program; (3) Dapat
menyediakan motivasi bagi semua yang terlibat dalam kegiatan ini dengan
perolehan umpan balik tentang kemajuan yang dicapai; (4) Memungkinkan
mengarahkan kegiatan ada tujuannya; (5) Dapat mengarahkan pengambilan
keputusan.
2.2.1
Pertanggungjawaban Masukan dan Keluaran PLH
Laporan mengenai pengeluaran seperti pada
pelaksanaan suatu proyek tidak cukup untuk pertanggungjawaban kegiatan
kependidikan.
Kegiatan kependidikan dapat dipertanggungjawabkan
keseluruhannya, bila memasukan juga aspek-aspek abstrak seperti nilai-nilai dan
sikap, pengetahuan yang diperoleh, keterampilan kognitif yang dikembangkan.
Masukan dan keluaran pendidikan ini yang abstrak penting artinya dalam menyusun
kebijakan serta menjadi faktor untuk diperhitungkan apabila hendak memperluas
suatu proyek atau hendak menghentikan, apabila hendak merencanakan penbiayaan
untuk program lain.
Penurunan atau peningkatan nilai suatu keluaran,
tambahan waktu bagi guru maupun siswa dalam melaksanakan proyek pengembangan
pengetahuan atau perubahan kebiasaan-kebiasaan serta sikap, kesemuanya ini
merupakan masukan serta keluaran yang sukar diukur dan justru inilah yang dapat
membantu dalm pelaksanaan PLH. Sukses tidaknya PLH dapat dilihat pada hasil
akhirnya, yaitu apakah peserta didik telah belajar atau dengan kata lain apakah
telah terjadi perubahan dalam pengetahuannya, sikapnya serta keterampilannya
terhadap lingkungan hidup.
2.2.2 Perbaikan Kegiatan PLH
Suatu kegiatan pendidikan yang sedang berjalan
sewaktu-waktu dapat dinilai. Hasil penilaian ini dapat memberikan gambaran
tentang perkembangan arah kegiatan serta kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan untuk memungkinkan diadakannya perbaikan.
Penilaian
sedemikian dikenal sebagai penilaian formatif. Apabila penilaian diadakan pada
akhir kegiatan suatu proyek dikenal sebagai penilaian sumatif. Hasil penilaian
ini dapat digunakan sebagai penilaian proyek/kegiatan serupa atau sebagai
pertimbangan apabila akan melaksanakan kegiatan demikian.
2.2.3 Memberi Motivasi Pada Petugas Maupun
Peserta
Dari pengalaman diketahui bahwa penilaian umumnya
memberi dorongan pada peserta kegiatan untuk berhasil sesuai dengan yang
diharapkan. Memang merupakan sifat manusia untuk berusaha supaya berhasil.
Dengan menyakini bahwa penilaian merupakan bagian esensial dari suatu kegiatan
pendidikan maka baik petugas pendidikan maupun persertanya dipacu untuk bekerja
keras mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi penilaian inilah yang dapat
digunakan untuk melakukan penalaran nasioanalataupun regional. Dilihat dari
sudut pandang ini maka dapat dikatakan bahwa tipe penilaian akan mempengaruhi
kualitas belajar. Apabila tipe penilaian mementingkan hanya aspek ingatan maka
peserta belajar diluar kepala.
Pemahaman dirasa tidak penting apalagi peeraan serta
sikap. Bila penilaian diadakan mementingkan berfikir kriis mak peserta akan
berusah mencarinya. Bila penilaian dilakukan untuk mengukur kepekaan serta
tanggapan terhadap kejadian-kejadian dalam lingkungan hidup maka peserta akan
belajar untuk menjadi peka terhadap lingkungan hidup serta melakukan kegiatan
bereaksi terhadap lingkungannya. Jadi dapat dikatakan bahwa kualitas penilaiaan
mempengaruhi kualitas belajar.
Bagaimanakah peserta suatu kegiatan tahu apa yang
akan dinilai? Apabila dalam pelaksanaan suatu kegiatan direncanakan untuk
melakukan pengumpulan data, maka pada penemuan pertama pengenalan jadwal kerja,
para peserta mendapat petunjuk ke arah mana evaluasi diadakan. Petugas dapat
juga memberitahukan peran peserta apa yang merupakan penilaian dalam kegiatan
itu, penilaian bagi peserta bukanlah suatu yang mendadak tanpa petunjuk
sebelumnya.
2.2.4
Mengarahkan Kegiatan Ke Tujuan
Tidak ada suatu proyek berlangsung sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan semula. Ada saja hambatan yang menghalangi jalan
yang hendak ditempuh. Misalnya, sekolah mengalami banjir maka jadwal peajaran
mengalami hambatan. Dengan demikian, rencana semula menjadi kacau. Kemungkinan
yang terjadi ialah siswa kehilangan doronngan untuk melanjutkan proyek. Contoh
lain juga ialah apabila siswa diharuskan ikut serta dalam suatu kegiatan
menerima tamu, misalnya yang terjadwal sejak pemulaan tahun ajaran, ini akan
mengacaukan seluruh jadwal untuk tahun ajaran itu karena siwa akan kehilangan
perhatian terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. Apabila demikian,
penilaian harus dapat mengidentifikasi penyebab-penyebab memudarnya perhatian
terhadap kegiatan pembelajaran. Untuk melanjutkan kegiatan yang terhenti sudah
akan tak berarti lagi. Untuk mengubah materi dan strategi pembelajaran
konsep-konsep semula dengan menggunakan kejadian yang baru saj dialami (banjir
misalnya) memang akan menghasilkan sesuatu proses belajr yag berarti, namun
sanggupkah sekolah itu melakukannya. Untuk itu perlu fleksibilitas baik guru
maupun pihak sekolah.
Kesemuanya dapat terbaca dalam pola evaluasi. Akan
tetapi, evaluasi pun harus dapat memperhatikan bila perubahan yang dilakukan
lebih mengacaukan pembelajaran sehingga tidak dapt mencpai tujuan yang
ditetapkan. Contoh lain, yang mungkin terjadi ialah dalam diskusi kelompok
berkembang suatu suasana kompetisi yang tidak sehat antar kelompok-kelompok.
Ini harus diketahui penilai dari data yang dikumpulkan. Jadi, dapat dikatakan
bahwa penilaian harus dpat mengarahkan kembali kegiatan pendidikan yang
berlangsung menuju tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan.
2.2.5 Mengarahkan
Penganbilan Keputusan
Kalau pada masa lampau guru-guru yang berpengalaman
dapat secra intuitif mengambil keputusan dan tanpa didasari langsung melakukan
penilaian formal, maka sekarang ini hal demikian sudah tidak dapat
dilaksanakan.
Perubahan dalam ilmu dan teknologi yang demikian
pesat telah meningkatkan variabel-variabel pendidikan serta kompleksitas yang
saling berpengaruh. Pengambilan keputusan mengenai pendidikan masa kini
mendasarkan kebijakan-kebijakanya pada hasil-hasil penelitian. Kekurangan pada
pengambilan keputusan demikian ialah bahwa keputusan yang diambil lebih besar
kemungkinannya untuk berhasil.
Keberhasilan suatu evluasi terletak pada kecermatan
mengidentifikasi dan membatasi apa yang akan dievaluasi, dengan kata lain apa
yang merupakan objek evaluasi. Umpamanya evaluasi belajar mengajar mengenai
pekerjaan guru, lingkup belajar dan hasil murid.
Evaluasi
terhadap hasil kerja guru dapat menyangkut:
1. Organisme
materi pelajaran sehari-hari
2. Pengetahuan
mengenai materi ajar
3. Penggunaan
strategi pembelajarn yang sesuai dengan pokok bahasan dan tingkat umur siswa.
4. Bagiab-bagian
yang diberi tekanan dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
5. Hubungan
dengan murid, dengan sejawat dan dengan sataf administari
6. Kemungkinan
mengubah tingkat dan irama pembahasan demi memenuhi tuntutan dan bakat siswa.
Evaluasi
ini dapat direncanakan oleh evaluator yang memahami tugas guru, namun perlu
ditentukan sebelumnya kriteria-kriteria penampilan guru yang efektif.
Evaluasi
terhadap lingkungan penbelajaran terutama mengenai sifat-sifat yang memberikan
petunjuk mengenai efektifitas proses intruksional pendidikan lingkungan hidup,
yaitu:
1. Apakah
pembelajran mengenai lingkungan hidup tetuju pada keadaan serta masalah-masalah
lingkungan hidup lokal.
2. Apakah
pebelajaran terbuka untuk gagasan-gagasan mengenai cara-cara mempelajari
lingkungan hidup dan bagaimana pemecahan maslahnya.
3. Apakah
tugas- tugas serta kegiatan merupakan gagasan siswa.
4. Apakah
ada saling menghargai dalam diskusi, dalam proyek kelompok serta kegiatan
sekolah lainya.
5. Apakah
siswa yang lebih banyak mengemukakan pendapat daripada guru.
6. Apakah
lebih fleksibel dalam pengaturaan atau tata tertib kelas.
7. Apakah
pengelolaan kelas menciptakan lingkungan belajar yang positif atau negatif.
Evaluasi hasil
belajar siswa terutama mengenai:
1. Kesadaran
akan lingkungan
2. Kepekaan terhadap perubahan terutama yang
disebabkan oleh kegiatan manusia
3. Nilai-nilai
dan sikap mengenai keadilan sosial serta kepudilaan manusia dalam
kegiatan-kegiatan ini.
4. Pertimbangan
berbagai srategi alternatif dalam menangani masalah-masalah lingkungan hidup.
5. Menifestasikan
perilaku pelestarian.
6. Keikut
sertaan dalam kegiatan masyarakat mengenai gagasan lingkungan hidup.
Lebih berharga lagi hasil evaluasi bila setelah satu
tau dua tahun kemudian siswa dievaluasi kembali untuk mengetahui kadar retensi
yang telah dipelajari.
Indikator-indikator ini hanyalah sebagian yang
dikemukakan. Oleh karena itu, sebelum diadakan evaluasi supaya lebih dahulu
ditetapkan indikator-indikator keberhasilan pembelajaran pendidikan lingkungan
hidup yang lebih sempurna.
1) proses
Evaluasi.
Proses evaluasi dimulai sejak diputuskan untuk
mengadakan evaluasi. Kemudian, ditentukan apa yang akan dievalusi dan barulah
ditentukan strategi pengumpulan data. Penilai harus menentukan siapa yang akan
menjadi sumber data, instrumen apa yang akan digunakan dan kapan pengumpulan
data dilaksanakan. Data mungkin saja diperoleh secara langsung, tetapi mungkin
juga secara tidak langsung.
2) Instrumen
Penilaian.
Instrumen untuk mengumpulkan data sering harus
disusun sendiri oleh penilai. Instrumen ini dapat saja berupa ujian tertulis,
skala penilaian, dftar cek, daftar wawancara, pelaporan diri.
a.
instrumen yang
membutuhkan jawaban tertulis sering digunakan karena lebih mudah untuk
dianalisis. Instrumen yang membutuhkan jawaban lisan terutama ditujukan pada
mereka yang belum atau tidak dapat membaca atau tidak dapat menulis karena
cacat atau apabila dibutuhkan ekspresi wajah dalam penilaian. Instrumen yang
membutuhkan jawaban berupa perbuatan terutama untuk menilai keterampilan.
instrumen
dengan jawaban tertulis dapat berupa :
1)
Tipe terbuka
2)
Tipe tertutup
a)
Instrumen tipe terbuka
memungkinkan respoden dengan leluasa mengemukakan pendapatnya, contohnya: tes
karangan (essay); paparkan dengan singkat mengenai pemanfaatan hutan tropik
secara berkesinambungan dab masalah-masalah yang dihadapi.
Tes
menyempurnakan paragraf: Kepentingan hutan bagi wilayah pertanian perlu
di….????
Pertanyaan
terbuka: jawaban dengan 2-3 kalimat pertanyaan berikut. Apa yang menyebabkan
terjadinya perubahan peruntukan lahan di Indonesia?
b)
Tes tipe tertutup
sangat objektif. Dengan kunci tes siapa saja dapat menberi nilai pada hasil tes
tipe ini. Contoh-contohnya: Tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes benar
salah, serta tes menyempurnakan.
c)
Kuesioner memuat daftar
pertanyaan yang disusun secar sistematis urutan pertanyaan dapat menggabarkan
hubungan antara pertanyaan-prtanyaan. Pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan
informasi faktual, reaksi atau pendapat mengenai terjadinya suatu peristiwa.
d)
Daftar cek berupa
daftar topik, tingkah laku, keadaan, keterangan mengenai perasaan, kegiatan
yanng ditawarkan pada responden untuk memberi cek mana yang disenangi atau
tidak disenangi, mana yang dianjurkan atau ditolak.
e)
skala penilaian terdiri
atas ungkapan-ungkapan yang diajukan kepada responden untuk menilai apakah ia
setuju- tidak setuju, senang- tidak senang, menarik- tidak menarik.
Contoh:
beri tanda atau lingkarilah nomor yang menurut pendapat anda sesuai dengan
pendapat anda. Industri yang akan mencemarkan lingkungan supaya dilarang untuk
dibangun.
f)
evaluasi menampilan
mengukur penguasaan keterampilan motorik serta pengetahuan prosedur sesuatu.
Untuk ini maka perlu melihat penampilna seseorang sesuatu. Digunkan untuk
menilai aktivitas motorik, nilai, sikap, dan perasaan. Untuk ini perlu
instrumen. Validitas da reliabilitas instrumen perlu diperhatikan karena dengan
instrumen ini kita ingin memperoleh informasi yang sahih dan ajeg.
Suatu masalah yang timbul dalam pendidikan
lingkungan hidup adalah bagaimana mengevaluasi keberhasilannya bila PLH
terintegrasi didalam berbagai mata pelajaran? Apabila kegiatan pLh tidak
dievaluasi maka kemungkinan besar baik guru maupun ssiwa tidak akan
memperhatikan lagi. Akibat selanjutnya kegiatan untuk meningkatkan kepekaan dan
kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup dengan permasalahannya tidak akan
ada didalam pendidikan formal.
Prioritas PLH adalah pada pencapaian tujuan afektif
yang diukur dengan cara tradisional yaitu pembelajaran maka penilaian sikap
terhadap lingkungan akan berbeda antara satu tempat denga tempat lain. Ini
sangat berbeda dengan penilaian pemahaman materi IPA yang sama untuk semua
tempat.
Tujuan PLH juga terutama dalam pencapaian kepekaan
terhadap lingkungan hidup dan tanggung jawab mengusahakan peningkatan
kwalitasnya. Tujuan yang juga penting adalah dalam keterampilan proses, seperti
mengambil keputusan mengenai berbagai alternatif, berpartisipasi dalam
tindakan-tindakan sosial, berkomunikasi dan pemecahan masalah. William Stapp
(mantan ketua Unesco international program), mengemukakan bahwa dalam
pengukuran hasil PLH maka kesadaran lingkungan serat pengetahuan lingkungan
merupakan aspek utama serta penting dalam pencapaian sikap terhadap lingkungan.
Kedua aspek ini dapat dinilai sama seperti penilaian terhadap bidang study. Pengukuran
bagaimana penilaian siswa mengenai suatu masalah lingkungan penting juga serta
keterampilan proses yang dikuasai. Jkenis-jenis penrnyataan yang dapat mengukur
kemampuan-kemampuan ini adalah:
b. pernyataan-pernyaan
dengan jawaban setuju atau tidak setuju
c. Pernyataan-pernyataan
isian
d. Mengurutkan
sesuai prioritas
e. Kegiatan
hipotetis bila menghadapi masalah yang dikemukakan
f. reaksi
siswa setelah melihat suatu film atau slides mengenai suatu masalah lingkungan
2.2.6 evaluasi
materi kurikulum
sejenis evaluasi yang penting untuk diketahui oleh
guru-guru IPA yang hendak melaksanakan PLH melalui pembelajaran ipa telah
dikembangkan. Kenyataan bahwa sekarang ini banyak materi kurikulum yang disusun
dan dikemukakan sebagai materi yang telah mengintegrasikan PLH kedalamnya untuk mengetahui benar tidaknya
bahwa suatu materi kurikulum telah berwawasan lingkungan perlu diadakan
analisis terhadap materi itu.
Dari tujuan PLH yang telah dikemukakan pada materi
pokok 1 nyata bahwa ada hubungan antar manusia, antara aneka budaya dengan
lingkungan biofisik. Apabila seorang guru hendak mengajar denga berwawasan
lingkungan maka materi yang di informasikan secara verbal maupun melalui bacaan
harus menekankan pada aspek-aspek yang telah disebutkan. Suatu contoh instrumen
untuk menilai materi kurikulum berwawasan lingkungan atau tidak adalah sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP
Berhasilnya proses belajar mengajar
antara lain ditentukan oleh metode yang digunakan untuk mengajar. Penetapan
metede yang akan digunakan ditentukan oleh bahan pelajaran serta tujuan yang
hendak dicapai untuk PLH yang terutama bertujuan mengembangkan komponen
kemampuan untuk mau dan terampil mengusahakan terpeliharanya lingkungan hidup
yang serasi, selaras dan seimbang, maka metode-metode mengajar yang secara aktif
melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan. Supaya apa
yang diajarkan berarti bagi terdidik maka tingkat perkembangan serta struktur
kognitif terdidik perlu diperhitungkan. Penggunaan lebih dari satu metode
mengajar umumnya digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Bermacam metode mengajar telah
dikenal. Setiap mempunyai segi-segi menguntungkan maupun kekurangan. Tidak ada
satu metode yang dapat dikatakan paling baik. Kedudukan satu metode mengajar
dalam satu proses belajar mengajar ditentukan oleh apakah benar-benar siswa
belajar dan mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui proses belajar ini?
Untuk PLH maka pendekatan pemecahan masalah, dengan berbagai metode mengajar
dianjurkan untuk diterapkan. Metode mengjar yang dapat diterapkan didalam kelas
adalah metode inkuary metode penelitian, baik itu eksperimen maupun simulasi
computer, metode diskusi sumbang saran, debat. Dalam mengajar satu pokok
bahasan, dibutuhkan beraneka metode mengajar.
Penilaian hasil suatu kegiatan atau
proses, penting dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas keguatan itu dalam
mencapai tujuan ynag diharapkan. Tujuan pendidikan lingkungan hidup begitu
abstrak sehingga sukar diukur, namun dengan menentukan indicator-indikatornya
dapatlah instrument pengukuran hasil pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar